-->

PLN UIK TJB Raih Penghargaan The Best Program IGA 2020


PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN UIK TJB)kembali raih penghargaan Indonesia Green Awards. Event yang digelar di Mezzanine Ballroom Hotel Arya Duta Jakarta, Rabu 18 Maret 2020 tersebut merupakan event yang ke 11 sejak pertama diadakan.

La Tofi, Chairman The La Tofi School of CSR mengatakan berharap tantangan-tantangan yang muncul belakangan ini karena krisis iklim dan wabah virus corona baru, makin menaikkan adrenalin untuk menemukan solusi segera bagi bisnis kita dan pilihan untuk berinvestasi hijau makin dibutuhkan. Lingkungan hidup yang lestari tidak lagi bisa dibantah sebagai sumber ekonomi yang abadi. Saatnya perusahaan dan pemerintah berkolaborasi untuk menjawab krisis iklim yang terjadi.

"Lebih dari 100 program yang dinilai dalam Indonesai Green Awards,dimana setiap kategori yang diikutsertakan harus memenuhi syarat. Setiap program berdasarkan kategori yang diikuti merupakan suatu proses yang sistematis dan kronologis atau membawa cerita perubahan tentang inisiatif program ketika digagas, dijalankan dan dievaluasi. Sehingga para pemangku kepentingan mengetahui persis bagaimana sebelum dan sesudah program dijalankan." ujar La Tofi saat pembukaan acara. 

Pada kesempatan tersebut PLN UIK TJB berhasil meraih penghargaan The Best Program IGA 2020 melalui program Transformasi FABA Menjadi Rumah Layak Huni Masyarakat. Kategori pengembangan pengelolaan sampah terpadu program inovasi teknologi dalam penanganan sampah B3, Fly ash dan Bottom Ash. Penghargaan diterima langsung oleh Zubaidah, Vice President CSR PLN.

"Penerimaan penghargaan ini bukti PLN semakin baik dari tahun tahun dengan inovasi inovasi pada program CSR yang kolaboratif dengan lingkungan hidup." jelas Zubaidah.

Berbekal izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pemanfaatan FABA, PLTU Tanjung Jati B memanfaatkan FABA menjadi batako, paving dan beton pracetak yang digunakan untuk pembangunan rumah warga tidak mampu di sekitar pembangkit.

Dalam sekali bedah rumah tipe 42, diperlukan sekitar 1.600 buah batako. Sedangkan dalam mencetak satu buah batako diperlukan komposisi fly ash 3 kg dan bottom ash 4 kg. Hingga saat ini, PLN TJB telah berhasil memanfaatkan sekitar 56 ton FABA dari 5 rumah yang telah direnovasi. Masih jauh memang perbandingan antara timbulan FABA dengan pemanfaatannya melalui program bedah rumah.

Namun semangat ini diharapkan bisa menjadi trigger untuk pemanfaatan yang lebih luas lagi. Untuk pengecoran jalan Demak misalnya, proyeksinya akan dapat menyerap 21 ribu ton FABA hanya dalam 3,2 km saja. Dengan asumsi hasil pengujian laboratorium sipil Universitas Diponegoro bahwa untuk pembuatan jalan beton dengan kualitas K-450 diperlukan material FABA sebanyak 1,7 ton per m3.

Di tengah laju pembangunan infrastruktur tanah air seperti sekarang ini, jika izin FABA bisa dipermudah menjadi material pengganti bahan baku alam seperti pasir dan tanah, niscaya kita mampu menyelamatkan jutaan ton pasir dan tanah untuk tetap berada di lokasinya. Mungkin sekian banyak bencana alam akibat aktivitas penambangan galian C bisa dicegah. Dimulai dari satu gagasan rumah FABA sederhana di Jepara, marilah kita lanjutkan dengan cerita perubahan tentang pengelolaan lingkungan di Indonesia. Dari Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) menjadi Bahan Berguna bagi Bangsa.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel