Stasiun Pengisian Kapal Vessel PLTU Tanjung Jati B
PLTU Tanjung Jati B menggunakan batubara sub-bituminous dengan kalori 5.600 - 5.800 kCal/kg yang diangkut dari Kalimantan menggunakan kapal vessel (panamax) berkapasitas 70.000 Metric Ton (MT).
Untuk menjaga kualitas PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN TJB) menggunakan skema pembelian Free on Board (FOB) dalam penyediaan batubara. Pembelian dengan skema ini menjadikan PLN TJB menanggung seluruh biaya transportasi batubara dari pelabuhan perusahaan tambang hingga ke jetty PLTU TJB. Salah satu komponen transportasi tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan oleh kapal vessel yaitu Marine Fuel Oil (MFO) dan High Speed Diesel (HSD) mulai dari kapal beroperasi untuk bergerak hingga idle saat sandar untuk bongkar muat.
Kebutuhan energi listrik kapal vessel selama sandar tahun 2019 adalah 2.357.105 kWh atau setara dengan 1.465 kl BBM, biaya yang diperlukan sekitar Rp 13,5 miliar. Dengan inovasi menggunakan Stasiun Pengisian Listrik (SPL) biaya bisa dipangkas menjadi sekitar Rp 3,9 miliar. Kerennya lagi hanya dalam waktu 9 bulan biaya investasi SPL sebesar Rp 7,4 miliar akan kembali.
Dengan program inovasi stasiun pengisian listrik untuk vessel banyak keuntungan yang didapat. Keuntungan jika ini inovasi diterapkan di PLTU Tanjung Jati B. Efisiensi biaya sebesar Rp 9,6 miliar pertahun, penjulan listrik PLN Unit Induk Distribusi Jawa Tengah & DIY meningkat Rp 3,9 miliar, dan Penurunan CO2 sebesar 4,25 kg pertahun.
Keuntungan inovasi jika direplikasikan ke PLN Group diantaranya efisiensi biaya PLN disektor pembangkitan sebesar Rp 52,6 miliar pertahun dan peningkatan penjualan listrik PLN di sektor distribusi sebesar Rp 32,3 miliar pertahun. Sementara jika direplikasikan di pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia. Penjulan listrik PLN di sektor distribusi akan mengalami lonjakan sebesar Rp 435,7 miliar pertahun.