Pemanfaatan FABA Untuk Rumah Layak Huni bagi Masyarakat
March 08, 2020
Edit
Fly ash dan Bottom ash (FABA) adalah sisa-sisa pembakaran batu bara yang pada umumnya dihasilkan oleh pabrik dan PLTU. Fly ash merupakan material dengan sifat pozzolanik yang baik. Dimana sebagian besar kandungan fly ash terdiri dari oksida-oksida silika (SiO2), aluminium (Al2O3), besi (Fe2O3), dan kalsium (CaO), serta potasium, sodium, titanium, dan sulfur dalam jumlah sedikit. Sama halnya dengan fly ash, bottom ash merupakan hasil sisa pembakaran batubara di boiler PLTU. Penampilan fisik bottom ash mirip dengan pasir sungai alami, dan gradasinya bervariasi seperti pasir halus dan pasir kasar. Kandungan yang terdapat pada bottom ash adalah Si, Al, Fe, Ca, serta Mg, S, Na.
Pemanfaatan fly ash dalam bidang konstruksi sudah umum di seluruh dunia, mencapai angka 47% penggunaan. Namun, penggunaan bottom ash masih jarang, hanya mencapai 5.28% penggunaan. Oleh karena itu, perlu adanya usaha memanfaatkan bottom ash untuk mengurangi timbunan limbah, sekaligus mengurangi penggunaan pasir yang semakin langkah.
Transformasi kebutuhan energi dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya mengandalkan pada minyak dan gas bumi yang terbukti telah membebani APBN, beralih pada batubara yang cadangannya lebih besar, diperkirakan masih dapat dipergunakan sampai 50 tahun ke depan, dibanding cadangan migas yang hanya akan bertahan sekitar 20 – 30 tahun ke depan, dengan demikian pemanfaatan batubara adalah sebagai local wisdom. Sejalan dengan hal tersebut, sejumlah industri seperti TPT, petrokimia, semen, dan pupuk, dan berbagai manufaktur lainnya juga mulai mengganti sumber energinya ke batubara termasuk PLTU. Dengan tingginya penggunaan batubara, maka faba yang tidak termanfaatkan, akan menumpuk menjadi berbentuk gunung.
Semakin banyaknya industri yang menggunakan batubara dan menghasilkan FABA yang beroperasi di Jawa namun tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah batching plant dan pabrik semen membuat pemanfaatan FABA PLTU Tanjung Jati B mengalami penurunan di empat tahun terakhir. Fly ash turun 60% dan bottom ash turun 70% dari tahun sebelumnya. Dari produksi fly ash sebesar 361.000 ton per tahun pemanfaatannya hanya 30% oleh batching plant dan pabrik semen. Sisanya, sebanyak 70% ditimbun di landfill. Sedangkan untuk bottom ash hanya termanfaatkan 7% dari total produksi 66.000 ton.
Di tengah tren turunnya pemanfaatan FABA tersebut, PLTU Tanjung Jati B memanfaatkan FABA untuk kegiatan corporate social responsibility (CSR). Berbekal izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pemanfaatan FABA, PLTU Tanjung Jati B memanfaatkan FABA menjadi batako, paving dan beton pracetak yang digunakan untuk pembangunan rumah warga tidak mampu di sekitar pembangkit.
Untuk membangun satu rumah tipe 72 dibutuhkan sekitar 1.600 batako yang menyerap 11 ton FABA. Meskipun penyerapan FABA melalui skema CSR untuk bedah rumah belum signifikan, terobosan ini bisa menjadi langkah awal untuk pemanfaatan yang lebih luas lagi.
Jika pemerintah memberikan kemudahan dalam perizinan pemanfaatan FABA dalam pembangunan infrastruktur maka akan banyak keuntungan yang diperoleh diantaranya menghemat sekitar 30% anggaran dan mengurangi dampak lingkungan akibat penambangan pasir.