Inovasi Restorasi Terumbu Karang Pertama di Indonesia Menggunakan APR dan Lamun
November 24, 2019
Edit
PLN Unit Induk Pembangkitan (UIK) Tanjung Jati B (TJB) terus berupaya memperbaiki ekosistem laut yang ada di Pulau Panjang, Jepara melalui pemanfaatan Artificial Patch Reef (APR) dan transplantasi Lamun menggunakan metode jangkar yang merupakan pertama kalinya diterapkan di Indonesia.
APR merupakan susunan modul melingkar bertingkat dari konkrit blok dengan diameter kurang lebih 3 (tiga) meter, sejak diterapkan tahun 2016 luas APR terus berkembang dari 14,1 meter persegi hingga 98,9 meter persegi di 2019 dengan indeks keanekaragaman (H’) karang meningkat dari 0,2 menjadi 1,3. Melalui program APR jumlah karang pun terus meningkat hingga saat ini mencapai lebih dari 3.800 koloni.
Sementara transplantasi Lamun dengan metode jangkar telah meningkatkan jumlah jenis ikan karang dan megabenthos di wilayah pengembangan lamun, dengan luasan area berkembang dari 265 meter persegi pada tahun 2016 menjadi 2295 meter persegi di 2019, sementara tutupan vegetasi meningkat dari 30,5% di 2016 menjadi 72,21 di 2019.
General Manager PLN UIK TJB Rahmat Azwin menjelaskan bahwa perbaikan ekosistem laut Pulau Panjang merupakan bagian dari program Juara Mik Pantura atau Rajungan dan Karang Endemik Pantai Utara Jawa yang dilatarbelakangi beberapa faktor seperti maraknya penambangan karang ilegal, overfishing rajungan dan penurunan luasan vegetasi lamun di perairan Pulau Panjang.
“Kerusakan karang di perairan Pulau Panjang mencapai 93%, overfishing rajungan dari tahun ke tahun dan penurunan luasan vegetasi lamun membuat kami merasa perlu memperbaiki ekosistem di sini,” kata Azwin.
Lebih lanjut Rahmat Azwin menjelaskan bahwa program ini ditujukan juga untuk membantu edukasi masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
APR merupakan susunan modul melingkar bertingkat dari konkrit blok dengan diameter kurang lebih 3 (tiga) meter, sejak diterapkan tahun 2016 luas APR terus berkembang dari 14,1 meter persegi hingga 98,9 meter persegi di 2019 dengan indeks keanekaragaman (H’) karang meningkat dari 0,2 menjadi 1,3. Melalui program APR jumlah karang pun terus meningkat hingga saat ini mencapai lebih dari 3.800 koloni.
Sementara transplantasi Lamun dengan metode jangkar telah meningkatkan jumlah jenis ikan karang dan megabenthos di wilayah pengembangan lamun, dengan luasan area berkembang dari 265 meter persegi pada tahun 2016 menjadi 2295 meter persegi di 2019, sementara tutupan vegetasi meningkat dari 30,5% di 2016 menjadi 72,21 di 2019.
General Manager PLN UIK TJB Rahmat Azwin menjelaskan bahwa perbaikan ekosistem laut Pulau Panjang merupakan bagian dari program Juara Mik Pantura atau Rajungan dan Karang Endemik Pantai Utara Jawa yang dilatarbelakangi beberapa faktor seperti maraknya penambangan karang ilegal, overfishing rajungan dan penurunan luasan vegetasi lamun di perairan Pulau Panjang.
“Kerusakan karang di perairan Pulau Panjang mencapai 93%, overfishing rajungan dari tahun ke tahun dan penurunan luasan vegetasi lamun membuat kami merasa perlu memperbaiki ekosistem di sini,” kata Azwin.
Lebih lanjut Rahmat Azwin menjelaskan bahwa program ini ditujukan juga untuk membantu edukasi masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.